Minggu, 29 Maret 2015

UJI TINGKAT KESUKARAN DAN DAYA BEDA SOAL



MODUL 6: UJI TINGKAT KESUKARAN DAN DAYA BEDA

Oleh: Kadek Ayu Astiti, S. Pd., M. Pd.

6.1.    Pendahuluan
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu, sementara daya beda merupakan kemampuan butir soal dapat membedakan peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan.

Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran pada bab ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1.        Memahami pengertian tingkat kesukaran butir soal
2.        Memahami pengertian daya beda
3.        Menentukan tingkat kesukaran butir soal tes hasil belajar
4.        Menentukan daya beda butir soal tes hasil belajar

Deskripsi
Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian tingkat kesukaran dan daya beda, rumus untuk menentukan tingkat kesukaran dan daya beda serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menentukan tingkat kesukaran dan daya beda.

6.2.    Penyajian
6.2.1. Tingkat Kesukaran
Suatu instrument penilaian hendaknya dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa. Instrument tes penilaian hasil belajar yang baik adalah instrument yang memiliki taraf kesukaran rendah, sedang dan tinggi dengan proporsi terbesar adalah dengan taraf kesukaran sedang. Hal itu disebabkan karena apabila butir soal terlalu mudah atau terlalu sukar maka soal tersebut tidak lagi dapat membedakan kemampuan peserta didik. Namun dalam beberapa situasi tingkat kesukaran butir soal tidak diusahakan sedang. Pada keadaan diinginkan peserta tes sekecil mungkin dapat dinyatakan lulus maka butir soal dibuat sesukar mungkin misalnya pada saat mengikuti tes olimpiade dan demikian sebaliknya.
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk menganalisis kemungkinan alat ukur itu sendiri (tes hasil belajar) dan kemampun peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan. Bila butir soal tergolong mudah maka ada beberapa kemungkinan yang mencerminkan butir soal tersebut, diantaranya:
1.      Sebagian besar peserta didik memahami materi terkait soal tersebut
2.      Pengecoh butir soal tidak berfungsi.
Bila butir soal tergolong susah maka ada beberapa kemungkinan yang mencerminkan butir soal tersebut, diantaranya:
1.      Salah kunci jawaban untuk butir soal tersebut
2.      Butir soal memiliki 2 jawaban atau lebih
3.      Materi pada butir soal tersebut belum diajarkan atau pembelajarannya belum tuntas sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai peserta didik belum tercapai
4.      Kalimat pertanyaan terlalu kompleks atau panjang
Tingkat kesukaran memiliki rentang 0 sampai 1. TK = 0 bila semua siswa tidak dapat menjawab benar demikian sebaliknya. TK = 1 bila semua peserta menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran dirumuskan dengan: TK = ∑B/∑P


Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran butir soal
∑B = Jumlah siswa menjawab benar
∑P = Jumlah siswa yang mengikuti tes

Kriteria untuk menentukan rentang tingkat kesukaran masing-masing butir soal tergantung dari jumlah kategori yang diinginkan. Berikut adalah pembagian kategori ke dalam tiga kelompok yakni sukar, sedang, mudah:
Rentang TK
Kategori
0,00 - 0,32
Sukar
0,33 – 0,66
Sedang
0,67 – 1,00
Mudah
Bila tingkat kesukaran dikategorikan ke dalam lima kelompok yaitu sangat sukar, sukar, sedang, mudah, sangat mudah maka pembagian rentang tingkat kesukarannya adalah sebagai berikut.
Rentang TK
Kategori
0,00 - 0,19
Sangat Sukar
0,20 - 0,39
Sukar
0,40 – 0,59
Sedang
0,60 – 0,79
Mudah
0,80 - 1,00
Sangat mudah
Contoh:
Berikut adalah hasil tes 10 orang siswa
No
Nama
Butir Soal
skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Achileus
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
4
2
Adesoni
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
6
3
Adrini
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
7
4
Afrianto
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
4
5
Agustina
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
7
6
Ainun
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
6
7
Alexsia
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
6
8
Angela
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
5
9
Anny
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
3
10
Antonius
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
8

B
8
2
3
4
5
6
5
9
7
7


TK
0.80
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.50
0.90
0.70
0.70


kategori
mudah
sukar
sukar
sedang
sedang
sedang
sedang
mudah
mudah
mudah


6.2.2.  Daya Beda
Daya beda (DB) adalah kemampuan butir soal membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan kemampuan rendah. Daya beda diusahakan positif dan setinggi mungkin. Butir soal yang memiliki daya beda tinggi berarti butir soal tersebut dapat membedakan dengan baik siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah. Siswa kelompok atas adalah kelompok siswa yang tergolong pandai atau mencapai skor total yang tinggi. Siswa kelompok bawah adalah kelompok siswa yang kurang pandai atau memperoleh skor yang rendah. Daya beda dapat ditentukan dengan rumus:
DB = Pa - Pb
DB = daya beda butir soal
Pa = proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok atas
Pb = proporsi siswa ya g menjawab benar pada kelompok bawah
Nilai daya beda (DB) akan berada pada rentangan -1,00 hingga +1,00. Semakin tinggi indeks daya beda soal berarti semakin mampu soal membedakan peserta didik yang telah memahami materi dan yang belum. Daya beda dapat diklasifikasikan dalam bentuk kategori berikut:
Rentang
Kategori
(-1,00) – 0,00
Tidak berarti
0,01 -  0,20
Jelek
0,21 – 0,40
Cukup
0,41 – 0,7
Baik
0,71 – 1,00
Sangat baik

Langkah-langkah penentuan daya beda:
1.      Menentukan siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah. Kelompok atas adalah setengah kelompok siswa yang memperoleh jumlah skor tertinggi. Sedangkan kelompok bawah adalah setengah kelompok siswa yang memperoleh jumlah skor terendah. Misalkan jumlah siswa 10 orang maka kelompok atas merupakan 5 siswa yang memiliki nilai teringgi dan kelompok bawah adalah 5 siswa yang memiliki nilai terendah.
Catatan:
·         Bila data ditengah sama maka data yang sama dikeluarkan dari analisis. Misal: data hasil tes 8 orang siswa setelah diurutkan adalah 10, 8, 8, 7, 7, 6, 4, 4. Maka terlihat bahwa nilai tengahnya sama yakni 7 sehingga nilai tersebut dikeluarkan dari analisis.
·         Bila jumlah siswa dalam tes sangat banyak maka penentuan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan mengambil 27% siswa yang memperoleh skor tertinggi sebagai kelompok atas dan  27% siswa yang memperoleh skor terendah sebagai kelompok bawah. 46% siswa yang memperoleh skor ditengah dikeluarkan dari analisis.
2.      Menghitung Pa dan Pb
Proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok atas (Pa) ditentukan dengan persamaan:
Proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah (Pb) ditentukan dengan persamaan:
Keterangan:
Pa = proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok atas
∑Ba = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas
∑Sa = jumlah siswa di kelompok atas
Pb = proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah
∑Bb = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah
∑Sb = jumlah siswa di kelompok bawah



3.      Menghitung daya beda
Daya beda dihitung dengan persamaan DB = Pa - Pb

Contoh:
Siswa sebanyak 10 orang mengikuti tes berbentuk pilihan ganda dengan hasil sebagai berikut:
No
Nama
Butir Soal
skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Achileus
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
4
2
Adesoni
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
5
3
Adrini
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
8
4
Afrianto
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
4
5
Agustina
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
7
6
Ainun
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
7
7
Alexsia
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
6
8
Angela
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
5
9
Anny
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
3
10
Antonius
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
8

Kelompok atas:
No
Nama
Butir Soal
skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Adrini
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
8
2
Antonius
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
8
3
Agustina
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
7
4
Ainun
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
7
5
Alexsia
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
6

4
2
1
4
3
4
4
4
5
5


Pa
0.8
0.4
0.2
0.8
0.6
0.8
0.8
0.8
1
1


Kelompok bawah
No
Nama
Butir Soal
skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
8
Angela
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
5
2
Adesoni
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
5
4
Afrianto
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
4
1
Achileus
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
4
9
Anny
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
3

4
0
2
0
2
2
1
5
2
3


Pb
0.8
0
0.4
0
0.4
0.4
0.2
1
0.4
0.6


DB
0
0.4
-0.2
0.8
0.2
0.4
0.6
-0.2
0.6
0.4


Ket.
Jelek
Baik
TB
SB
Jelek
Baik
Baik
TB
Baik
Baik



6.3.    Penutup
Simpulan
1.      Tingkat kesukaran dirumuskan dengan
2.      Daya beda (DB) adalah kemampuan butir soal membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan kemampuan rendah.
3.      Persamaan daya beda DB = Pa - Pb


 Latihan
1.      Mengapa tingkat kesukaran perlu diperhatikan dalam pembuatan tes hasil belajar?
2.      Mengapa tingkat daya beda soal perlu diperhatikan dalam pembuatan tes hasil belajar?
3.      Bagaimana cara menentukan daya beda?
4.      Bagaimana dampak bila sebagian besar butir soal memiliki tingkat kesukaran “sukar”?
5.      Tentukan daya beda dan tingkat kesukaran butir soal berdasarkan data uji coba berikut ini!
No
Nama
Butir Soal
skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Yuli
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
6
2
Ade
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
4
3
Andin
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
9
4
Ari
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
6
5
Amarta
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
4
6
Arta
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
5
7
Bayu
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
3
8
Clara
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
7
9
Ani
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
5
10
Antari
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
6


6.4.    Daftar Pustaka
Ali, S., Khaeruddin. 2012. Evaluasi Pembelajaran. UNM: Malang.
Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
Clay, B. 2001. Is This A Trick Question? (A short Guide to Writing Effective Test Question). Kansas State Department of Education
Cronbach, L. J., & Meelh, P. E. 1955. Construct Validity in Psychological Test. Psycological Bulletin.
Garrison, C. & Ehringhaus, M. 1995. Formative and Sumative Assessment in The Classroom.
Gronlund, N. E. (1981). Measurement and Evaluation. New York: Mc Millan Publishing Co
Popham, W. J. 1981. Modern Educational Measurement. Englewood Cliffs, NJ. Prentice Hall. Inc.
Purwanto.  2008. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar: Surakarta.
Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Insan Madani: Yogyakarta.
Wahidmurni, Mustikawan, A., Ridho, A. 2010. Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Nuha Litera: Malang.